Subscribe:

Selasa, 25 Oktober 2011

Sebungkus Oleh-Oleh dari “Penataran”


Matahari kian naik, panasnya membuat peluh ini memenuhi wajahku. Stasiun kereta api gubeng surabaya telah berada di depanku, ku langkahkan kaki menuju loket penjualan tiket. Liburan kali ini kusempatkan untuk mengunjungi temanku di malang, kebetulan ada seorang teman dari surabaya yang mengajak.

HP’q bergetar dan terlihat 1 massage received dilayarnya, ukhti ulin, ku pencet tombol untuk membukanya “q uda nyampe’ malang ini ukh, pyn uda d mn?”. Pesan singkat dari teman “mbolang-ku” segera ku replay singkat “masih d gubeng ukh, keretanya jam 3.20”, sent.

Ku pilih tempat duduk untuk menunggu benda kubus besar dan panjang bernama “penataran” yang akan mengantarkan niat silaturrahmiku di malang. Sesekali ku pencet HP’q untuk mengirim sms pada teman-temanku di malang.

Suara petugas stasiun terdengar jelas dari pengeras suara, sebentar lagi kereta datang memasuki jalur 2, aku bersiap-siap. Cukup ramai penumpang hari ini, alhamdulillah aku masih dapat tempat duduk. Segara kuatur posisiku se-PeWe mungkin, 2-3 jam perjalan dalam kereta akan cukup membuat kaki dan badan ini pegal, apalagi akumulasi perjuanganku menemui dosen untuk KRS’an dan perjalanan dengan bus kotaku untuk menyebrang dari madura-surabaya cukup untuk membuatku tepar, sehingga posisi PeWe harus aku dapatkan.

Beberapa laki-laki setengah baya duduk di depan dan sampingku, aku cuek saja. Kereta mulai berangkat, bismillah.

“turun mana mbk?” tanya seorang bapak-bapak didepanku, “malang pak”jawabku singkat sambil memberikan senyum pada orang itu. Pertanyaannya berlanjut

“masih sekolah atau kuliah mbk”?

“kuliah pak” jawabku masih singkat.

“di mana?” lanjut bapak tadi

“trunojoyo pak, jurusan ekonomi pembangunan” jawabku lebih detail dari pertanyaan yang diberikan, karena pikirku beliau pasti akan menanyakan jurusanku.

“semester berapa mbk?”

“empat”, bapak tersebut mulai bicara banyak hal, aku tak begitu mendengarkan, sesekali ku sambi dengan bermain HP.

Mata bapak itu menatapku, seolah meyakinkanku untuk mendengarnya kali ini,

“anak saya 3 mbak, yang pertama di FK UB, sudah mau lulus, yang kedua masih semester 4 di UB juga,yang terakhir masih kelas 2 SMA” tiba-tiba saja ia menceritakan keluarganya padaku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Beliau melanjutkan ceritanya, aku hanya setengah-setengah mendengarkannya, diikuti senyum dan anggukan. Entah kenapa ia semangat sekali menceritakan anak pertamanya padaku, padahal aku sama sekali tidak tertarik mendengarkannya, “ma’afkan saya pak tapi mata saya sudah teramat berat, ingin segera di pejamkan”, gumamku dalam hati.

Pembicaraan bapak tersebut terhenti, agak lega rasanya. Aku bisa mulai tidur.

Rem kereta api yang selalu membuat hentakan mengagetkanku, aku terbangun, kulihat tulisan stasiun Bangil, waah ternyata lumayan sukses tidurku. Ku lihat layar HP’q ada beberapa sms, dari alput pak bos yang akan mentraktirku selama di malang, haha...dan juga dari ukhti ulin. Kubaca dan ku replay sms teman-temanku tersebut.

Kulihat bapak yang berada di depanku, belum turun ternyata.

“Bapak turun mana pak?” tanyaku

“blimbing mbk..”

Aku mengangguk.

Kurasa keputusanku untuk bertanya membuat bapak itu juga memutuskan untuk mengajakku mengobrol lagi, dan kemudian ia utak-atik HP nya. Kemudian menyodorkan padaku gambar seorang pemuda,

“ini anak saya yang pertama mbk...” sambil mengulas senyum lebar di bibirnya.

Aku hanya mengangguk, aku merasa bapak ini aneh. Tapi aku cuek saja..

Kupalingkan wajahku ke arah jendela, melihat hamparan sawah yang mulai menguning. Rasanya tak sabar aku sampai di malang, bertemu kawan-kawanku. Alhamdulillah ya Rabb, Kau berikan kesempatan silaturrahmi ini padaku. Bukankah menyambung silaturrahmi sesama muslim adalah anjuran nabi-Mu....

Beberapa kali gelak tawa bapak-bapak disekitarku ini membuatku melirik mereka. Obrolan ngalor ngidul bapak-bapak ini tiba-tiba membuatku merasa geli,

“yaahh..kalau Allah meridhoi, saya berharap menantu saya nantinya adalah mbak yang didepan saya ini” kata bapak yang dari tadi ku anggap aneh sambil memandangku.

Masih loading oatakku mencerna kata-kata bapak itu...

“DEG...”

Aku baru menyadari, mengapa dari tadi bapak ini banyak menceritakan anak-anaknya padaku, seolah-olah aku harus mengenal baik anaknya, bahkan samapi menunjukkan foto anaknya padaku.

Astaghfirullah.....

Ternyata ....

Aku hanya terdiam setelah itu, tak ingin bapak ini memulai pembicaraan lagi. Tak ingin beliau malncarkan aksi secara langsung untuk memintaku menjadi menantunya. Bisa-bisa jadi novel best seller ceritaku ini, jika ada penulis yang kebetulan mendengar dan melihat peristiwa lamaran sepihak dalam kereta dan merealisasikan kisahku dalam novelnya..

Beberapa menit lagi stasiun blimbing, agak lega rasanya, akhirnya bapak ini akan turun,huufh.

Kulihat bapak ini menuliskan sesuatu di balik tiket kereta api miliknya, dan sejurus kemudian menyerahkannya padaku sambil berkata

“ini mbk, no telepon saya. Nanti mbak kirim balik no mbak sama saya ya..? ini amanah lo mbak..!!”

Apaa..?? aku hanya tersenyum kikuk menerimanya.

Astaghfirullah, ma’afkan hamba, karena dalam hati ini telah ada niat untuk tak memenuhi pesan bapak itu. Engkau pasti lebih tau alasanku.

Kereta berhenti, sekali lagi menghentakkan rangkaian gerbongnya. Stasiun malang, akhirnya sampai juga...

Perjalanan singkat yang aneh,,semoga ceritaku besok tidak seaneh ini, ceritaku bersama teman-temanku besok, tentang pembolangan dimalang.

Matahari malang telah hilang, ditelan langit malam yang mendung. Alput sudah menungguku,segera kami naik angkot menuju tempat penginapanku malam ini.

riak hujan kian deras...

Aku ingin tertawa, mengingat bapak didepanku tadi...

Inilah sebungkus oleh-olehku dari “penataran”

::ditulis berdasarkan cerita seorang teman, 14 februari 2011,,ada-ada saja kau ini ukhti cenat-cenut “maya”::

_oelin_

1 komentar:

Lukman Fawzee mengatakan...

Keren rek... lanjutkan :)

Posting Komentar